Menata Kemakmuran Untuk Indonesia Masa Depan

Jumat, 20 Februari 20090 comments

“Pada bulan ini, tepatnya tanggal 10 Januari, kita bersama-sama memperingati HUT partai yang ke 36 yang kita peringati secara sederhana, yang sekaligus juga sebagi tanda dimulainya Rapat Kerja Nasional ke-IV yang diadakan di Kota Solo, Jawa Tengah.

Hendaknya momentum ini mengingatkan kita semua untuk terus mengkonsolidasi diri dan lebih memperkuat proses pembangunan mental dan jati diri bangsa, sesuai dengan karakter dan jiwa, semangat proklamasi dan Pancasila.

Khususnya kepada segenap kader PDI Perjuangan, saya meminta dan menginstruksikan agar Setiap Kader Partai harus menunjukkan 3 pokok jati diri yaitu Kebangsaan, Gotong Royong, dan Berkeadilan Sosial dengan 5 Watak Perjuangan Utama, yaitu:

Merdeka, Demokratis, Kerakyatan, Peduli, dan Pantang Menyerah.“

PIDATO KETUA UMUM

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

PEMBUKAAN

RAPAT KERJA NASIONAL KE-IV

PDI PERJUANGAN



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam Sejahtera,

Om Swasti Astu,

MERDEKA !!!

Saudara-saudara sekalian,

Pertama-tama dalam kesempatan yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan Selamat Tahun Baru Imlek 2560 khususnya kepada masyarakat Tionghoa Indonesia, selamat Tahun Baru Muharam 1430 Hijriyah dan Selamat Tahun Baru 2009 bagi kita semua. Semoga di tahun ini kita semua tetap diberikan semangat dan kekuatan untuk terus bersatu membangun negeri dan memajukan bangsa.

Saudara-Saudara sekalian,

Pada bulan ini, tepatnya tanggal 10 Januari, kita bersama-sama memperingati HUT partai yang ke 36 yang kita peringati secara sederhana, yang sekaligus juga sebagi tanda dimulainya Rapat Kerja Nasional ke-IV yang diadakan di Kota Solo, Jawa Tengah.

Hendaknya momentum ini mengingatkan kita semua untuk terus mengkonsolidasi diri dan lebih memperkuat proses pembangunan mental dan jati diri bangsa, sesuai dengan karakter dan jiwa, semangat proklamasi dan Pancasila.

Khususnya kepada segenap kader PDI Perjuangan, saya meminta dan menginstruksikan agar Setiap Kader Partai harus menunjukkan 3 POKOK JATI DIRI YAITU KEBANGSAAN, GOTONG ROYONG, DAN BERKEADILAN SOSIAL DENGAN 5 WATAK PERJUANGAN UTAMA YAITU:

MERDEKA, DEMOKRATIS, KERAKYATAN, PEDULI, DAN PANTANG MENYERAH.

Saudara-saudara sekalian,

Kalau kita berbicara mengenai pembangunan mental dan jati diri bangsa maka kita dapat melihatnya dalam suatu perspektif horizon waktu.

Sebuah bangsa, bahkan sebuah peradaban, tidak mungkin dibangun – dan kemudian dipertahankan atau bahkan dimajukan – jika aspek mental dan jati diri dari bangsa/peradaban tersebut tidak ditangani dengan semestinya.

Saudara-Saudara Sekalian,

Kemajuan material memang sangat penting bagi setiap bangsa. Bahkan kemajuan material merupakan bagian integral dari kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan material bahkan turut menentukan martabat sebuah bangsa, baik dalam konteks individu mau pun kolektif.

NAMUN HENDAKNYA selalu kita ingat bahwa kemajuan material bukanlah segala-galanya; ia bahkan bukanlah hal terpenting bagi sebuah bangsa. JUSTRU PEMBANGUNAN MENTAL BANGSA YANG KOKOH DITUNJANG OLEH PEMBANGUNAN MATERIAL ITULAH YANG TERBAIK BAGI MEMBANGUN BANGSA. Sekali lagi saya tekankan bahwa mental sebuah bangsa dulu yang harus dibangun barulah materialnya.

Munculnya negara-negara maju di awal abad dua puluh satu ini seperti Brazil, Rusia, India, China tidak terlepas dari keberhasilan negara tersebut membangun aspek materiil yang dibarengi dengan pembangunan mental dan jati diri bangsanya.

Kemajuan material bagi negara-negara maju tersebut merupakan lapisan atas atau permukaan, yang justru merupakan cerminan langsung dari kekokohan mental dan jati diri bangsa tersebut yang menunjangnya sebagai landasan.

Jika tidak demikian, kemajuan material dapat menyesatkan dan membuat sebuah bangsa terlena. Sebab memang dimungkinkan bagi sebuah bangsa untuk maju secara material tapi rapuh dari segi mental dan jati diri.

Dan akhirnya kerapuhan mental dan jati diri tadi juga dapat memerosotkan kemajuan material bangsa tersebut.

Sejarah bangsa-bangsa telah jelas menunjukkan hal ini. Ada bangsa atau peradaban-peradaban yang pernah mengalami kegemilangan yang menakjubkan, bahkan dalam rentang masa hingga ratusan tahun, dan berhasil membangun monumen-monumen hebat yang buktinya atau jejak-jejaknya masih bisa kita saksikan sampai hari ini.

Kerajaan-kerajaan Romawi dan Persia merupakan contoh-contohnya. Ribuan tahun silam, mereka berhasil menjadi kekuatan global yang wilayah kekuasaannya jauh melampaui wilayah asal mereka.

Peradaban Mesir kuno pun amat menakjubkan. Mereka bukan hanya berhasil membuat piramid yang luar biasa itu, tapi juga mengembangkan ilmu dan metode kedokteran yang hingga kini masih membuat kekaguman para ilmuwan pada saat ini.

Peradaban Maya di Amerika Latin juga tak kalah menakjubkan. Kekhalifahan-kekhalifahan Islam di Baghdad, Kordoba, Mesir, dan Turki pun pernah menjadi kekuatan global yang menggentarkan siapapun.

Dunia tahu bagaimana nasib peradaban-peradaban besar itu kemudian. Kebanyakan dari mereka menciut menjadi negara-negara kecil yang wibawanya jauh di bawah induk-induk mereka.

Jatuh-bangunnya bangsa / peradaban-peradaban tersebut seakan membuktikan ungkapan di dalam sebuah kitab suci bahwa Tuhan mempergilirkan kejayaan di antara bangsa-bangsa. Seperti yang tertuang dalam al Quran Surat Ali Imran ayat 140.

Telah banyak dilakukan penelitian, bahkan hingga kini pun penelitian-penelitian tersebut masih terus dilakukan, untuk mengetahui mengapa dan bagaimana bangsa-bangsa atau peradaban-peradaban tersebut maju dan berjaya tapi kemudian pudar bahkan hilang ditelan gelombang jaman.

Meskipun rincian sebab-sebab tersebut bervariasi, tergantung pada kondisi-kondisi khas bangsa-bangsa tersebut, namun satu hal yang sama di antara mereka, yaitu bahwa pengabaian terhadap aspek mental dan jati diri dari bangsa-bangsa tersebutlah yang telah membuat prestasi-prestasi material mereka menjadi merosot dan akhirnya meruntuhkan bangsa-bangsa tersebut.

Saudara-saudara sekalian

Salah satu isu hangat dunia berkaitan dengan masalah lingkungan hidup juga sangat tak bisa dilepaskan dari persoalan aspek mental dan jati diri sebuah bangsa. Pembangunan material yang tak memedulikan keseimbangan alam menjadi pencetus efek global warming di berbagai belahan dunia.

Jika pada masa lalu, peradaban-peradaban lokal hancur karena kehilangan daya dukung lingkungannya pada lingkup lokal, maka –jika kita tak mau belajar dari pengalaman masa lalu itu- bukan tidak mungkin, dalam waktu yang tak terlalu lama lagi, peradaban dunia akan runtuh karena kehilangan daya dukung lingkungannya secara global.

Tanda-tanda tersebut mulai nampak jelas dari mencairnya es di belahan kutub selatan secara masif dan berbagai bentuk perubahan iklim dunia yang begitu ekstrem.

Untuk itu kita perlu secara arif belajar dari sejarah panjang bangsa-bangsa dan peradaban-peradaban yang mereka bangun di masa lalu. Pembangunan watak warga demi pembangunan bangsa kiranya tetap relevan sampai kapanpun.

Negara-negara yang kini sangat maju secara material pun telah belajar dari pengalaman para pendahulu mereka, dan karena itu kini mereka tetap atau bahkan semakin memperhatikan aspek watak bangsa ini, di tengah kelimpahan material mereka.

Untuk itulah kemudian saya menekankan kepada seluruh warga bangsa, khususnya warga PDI Perjuangan untuk terus bersama-sama memperkokoh watak dan jati diri kita sebagai bangsa yang memiliki corak sebagai berikut;

Berkepribadian dan berkebudayaan Indonesia,

Patriotik,

Bersemangat gotong royong,

Berjiwa pelopor, inovatif dan kreatif,

Berbudi luhur, bersahaja dan mengutamakan kejujuran,

Mendahulukan kewajiban daripada hak,

Memiliki kesadaran bekerja dan bekerja keras untuk membangun ,

Kerelaan berkorban dan hidup hemat, dan

Peduli pada lingkungan hidup.

Hal yang saya sebut di atas merupakan sesuatu yang telah ditanamkan oleh para founding fathers kita sejak dulu, tetapi nampaknya mulai hilang dalam kehidupan kebangsaan kita.

Apabila kita bisa membangun ciri dan watak bangsa yang seperti itu, maka saya yakin ke depan kita akan menjadi bangsa yang semakin kuat dan maju, bukan hanya pembangunan materi dan raganya tetapi terutama jiwanya.

Kita akan menjadi Bangsa sekaligus negara yang takkan pernah lekang dan lapuk karena adanya krisis ekonomi global, yang seperti sekarang ini menimpa banyak negara-negara di Dunia.

Saudara-Saudara Sekalian,

Salah satu cita-cita suci yang diinginkan oleh para founding fathers Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ini adalah cita-cita luhur yang senantiasa harus diwujudkan dalam setiap tahapan proses pembangunan.

Menegasikan cita-cita luhur tersebut dapat diartikan pengingkaran terhadap proses panjang sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Oleh karena itu menjadi tanda tanya besar manakala proses pembangunan yang dilaksanakan ternyata hanya memberikan ruang bagi segilintir kelompok masyarakat untuk menikmati dan berpesta pora meraup kue pembangunan yang telah dihasilkan. Dan akhirnya banyak kelompok masyarakat yang termarjinalkan.

Disadari atau tidak, fakta menunjukkan bahwa proses pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan sejak berdirinya NKRI semakin menjauh dari cita-cita mulia keadilan sosial, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fakta menunjukkan bahwa, persoalan bangsa utama pada saat ini di tingkat masyarakat adalah mengenai harga-harga yang semakin tidak terjangkau, masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa fakta berikut:

Anggaran pemerintah pusat (APBN) mengalami peningkatan pesat dari Rp 380 triliun (2004) menjadi sekitar hampir 3 kali lipat. Namun, hasil pembangunan yang diperoleh selama periode tersebut tidak sebanding dengan kenaikan tersebut.

Meskipun anggaran kemiskinan meningkat tajam dari Rp 18 triliun (2004) menjadi sekitar Rp 70 triliun (2008), akan tetapi jumlah orang miskin tidak berkurang signifikan.

Data BPS menunjukkan bila para tahun 2004 jumlah orang miskin sebanyak 36 juta orang maka pada tahun 2008 tetap sebesar 35 juta orang.

Malah data dari Departemen Sosial menyatakan terdapat 19,1 juta rumah tangga miskin (atau 76 juta jiwa, dengan asumsi satu keluarga terdiri dari 4 jiwa).

Disamping itu harga-harga sembako juga semakin tidak terjangkau, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata inflasi bahan makanan pada tahun 2004 hanyalah 4,8% sedangkan rata-rata pada tahun 2005 sampai dengan 2007 adalah 12,7%. (BPS)

Hal lain yang membuat kita semakin miris dengan keadaaan pembangunan bangsa pada saat ini adalah data dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (API) mengenai penguasaan pasar domestik oleh produsen lokal yang menunjukkaan terjadinya liberalisasi yang berlebihan, kalau pada periode 2002 sampai 2004 penguasaan pasar domestik oleh produsen lokal sebesar 74 % maka pada periode 2005-2007 sebesar 22%.

Fakta-fakta dan angka-angka di atas menunjukkan kepada kita sekaligus membuka mata hati kita bahwa pada dasarnya pemerintah belum dapat mewujudkan janjinya pada Pemilu yang lalu atau sebagaimana yang mereka tuangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa.

Pemerintah juga gagal di dalam mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok rakyat khususnya sembako, pemerintah juga gagal melakukan prediksi pengelolaan keuangan negara maupun yang terakhir kali kita lihat adalah persoalan penurunan harga BBM yang setengah hati dan lebih mengesankan kalau penurunan dilakukan hanya untuk mendapatkan simpati publik bukan untuk menyelesaikan persoalan yang utama yaitu meningkatkan daya beli dan menyejahterakan rakyat.

PEMERINTAH TELAH MENJADIKAN RAKYAT SEPERTI PERMAINAN ANAK-ANAK - YOYO. Terlempar kesana-kemari, kelihatannnya indah, tetapi pada dasarnya membuat rakyat tak menentu hidupnya. Hal ini menunjukkan ketidakrelaan pemerintah untuk berkorban lebih banyak bagi kepentingan rakyat banyak.

Saudara-saudara Sekalian,

Proses ini terjadi sebagai akibat pilihan kebijakan pembangunan yang menjauhkan subyeknya dan kebijakan ekonomi pasar yang membabi-buta sehingga akhirnya siapa yang kuat akan mampu mengakses sumber-sumber ekonomi produktif lebih banyak.

Rakyat seolah-olah dianggap sebagai obyek pembangunan sehingga yang terjadi adalah kepasifan yang secara pasrah menerima keadaan. Kemiskinan, ketimpangan sosial muncul sebagai akibat, bukan penyebab dalam proses pembangunan.

Oleh karena itu pemerintah harus dapat memilih dan memilah secara tepat kebijakan ekonomi yang diambil sesuai dengan amanat UUD 1945 agar cita-cita luhur berbangsa dan bernegara dapat segera terwujud.

Jalan lama kebijakan ekonomi telah terbukti tidak mampu membawa Indonesia pada kemajuan dan kemandirian ekonomi. Saatnya untuk berani melakukan perubahan dan merubah haluan ekonomi Indonesia.

Menata kemakmuran untuk Indonesia Masa Depan, harus kita canangkan, harus kita kerjakan secara bergotong-royong. Sehingga analisis seorang Futurolog Michael Backman dalam bukunya Asia Future Shock mengenai Indonesia yang mempertanyakan dan meragukan masa depan Indonesia dapat kita patahkan.

Sebagai salah satu sikap mental yang mempunyai harga diri yang tinggi, maka sebaiknya jangalah kita terlalu percaya pada ahli-ahli dari luar karena belum tentu mereka mengetahui dengan pasti apa masalah dan kemampuan negeri dan bangsa ini.

Menata kemakmuran bagi kita menjawab persoalan besar bangsa saat ini yang sangat susah dipecahkan yaitu kemiskinan, pengangguran, dan stabilitas harga.

Indonesia Masa Depan memberikan keyakinan kepada kita mengenai kemandirian, daya saing, dan keadaban bangsa yang setara dengan negara-negara maju lainnya.

Menata Kemakmuran untuk Indonesia Masa Depan akan kita kerjakan bersama dengan 2 prioritas misi melalui 8 langkah utama (Saya sebut dengan “kebijakan 28”). Dua prioritas misi tersebut adalah:

1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui peningkatan ketahanan bangsa (nation & character building), dan pemerintahan yang jujur, terbuka dan melayani.

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan perluasan kesempatan kerja.

Sedangkan delapan langkah utama yang saya maksud adalah;

MEMPERKUAT PERTAHANAN NEGARA DAN KEDAULATAN NEGARA dengan memperkuat struktur pertahanan negara dan menjaga stabilitas keamanan bangsa dalam konteks dinamika kawasan;

MEMPERKUAT KEDAULATAN PANGAN DAN ENERGI, dengan menjadikan kedaulan pangan dan energi sebagai sumber peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa;

MEMPERKUAT KEDAULATAN KEUANGAN dengan memperkuat struktur kelembagaan keuangan nasional dan menjamin akses para pelaku ekonomi produktif terhadap sumber-sumber keuangan;

MEMAJUKAN PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI dengan menjadikan pendidikan dan pengembangan teknologi sebagai landasan pencerdasan bangsa dan daya saing industrial;

MEMAJUKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA, dengan memperluas akses pelayanan kesehatan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peran ibu sebagai soko guru dalam menguatkan jatidiri bangsa;

MEMAJUKAN USAHA NASIONAL dengan memperkuat usaha mikro, kecil-menengah, dan koperasi serta mendorong sinergitas eknomi antar pelaku usaha;

MEMAJUKAN PERDESAAN dengan Mewujudkan pembangunan perdesaan sebagai basis penguatan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan;

MENATA PELAYANAN PEMERINTAH, meningkatkan pelayanan pemerintah melalui penataan birokrasi yang bersih dan bertanggung jawab serta melaksanakan penegakan hukum dan HAM;

“Kebijakan 28” itu, hendaknya kita jadikan pekerjaan rumah kita bersama, Karena Itu Merupakan Lanjutan Apa Yang Pernah Kita Kerjakan Bersama Beberapa Waktu Yang Lalu.

Kita akan jadikan sebagai sebagai pedoman perjuangan ideologis kita untuk merebut kemenangan bagi rakyat Indonesia dan PDI Perjuangan.

Ke depan kita tidak ingin mendengar lagi, ada antrian rakyat untuk mencari BBM, keluhan rakyat mengenai tidak terjangkaunya harga sembako, ada anak sekolah dasar yang meninggal bunuh diri hanya karena malu tidak bisa membayar iuran sekolah tepat waktu, ada keluarga yang kemudian bunuh diri bersama hanya karena kelaparan dan putus asa, ada keluarga-keluarga yang terlantar dan terlunta-lunta di rumah sakit hanya karena mereka miskin.

Saudara-Saudara Sekalian

Hal-hal tersebutlah yang mendasari kita semua, khususnya PDI Perjuangan.

Pembangunan yang didasari oleh pendekatan teknis dan pragmatisme saja hanya akan menghasilkan keberhasilan fisik dan angka-angka saja tetapi dia meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan ideologi yang harusnya menjadi roh dari perjuangan membangun bangsa ini.

Sekali lagi saya tekankan perjuangan kita bukanlah hanya perjuangan pragmatisme untuk merebut kemenangan semata, tetapi juga adalah perjuangan ideologis untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menegakkan kembali Pancasila sebagai sumber inspirasi bagi pembangunan dan kemajuan Bangsa ini.

Saudara-Saudara Sekalian,

Dalam kesempatan yang bersejarah ini, saya mengajak kita semua untuk berjuang bersama-sama mewujudkan cita-cita Indonesia, Indonesia yang adil dan makmur.

Saya berkeyakinan banyak elemen bangsa yang berpikiran sama dengan apa yang saya pikirkan dan apa yang dipikirkan oleh banyak warga Indonesia lainnya tentang kemajuan Bangsa Ini.

Setelah dengan susah payah, berjuang, berkorban darah dan air mata, marilah kita tuntaskan reformasi ini secara bersama-sama. Mari kita rapatkan barisan kembali.

Saya berharap kita bisa bekerja bersama, berjuang bersama untuk meraih cita-cita para founding fathers, cita-cita proklamasi mencapai jembatan emas kemerdekaan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh !

Saudara-saudara Sekalian,

Dalam kesempatan ini saya juga akan menyampaikan rasa keprihatinan saya yang mendalam mengenai konflik bangsa palestina dan Israel. Kita melihat pertikaian tersebut telah menjadi krisis kemanusiaan. Sebagai bangsa yang memiliki cita-cita untuk terlibat dalam menjaga perdamaian dunia kita merasa prihatin.

Kita berharap proses penyelesaian persoalan Palestina dengan Israel tidak terus berlarut-larut dan dapat diselesaikan melalui cara-cara damai, berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling mengakui kedaulatan masing-masing Negara.

Penyelesaiaan terhadap persoalan Palestina dan Israel adalah miniatur dari beragam persoalan antar bangsa yang terjadi di berbagai negara-negara di belahan bumi lainnya.

Penyelesaiaan masalah-masalah tersebut tentunya tidak terlepas dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kita harapkan dapat menjadi stimulus dalam penciptaan perdamaian.

Untuk dapat menjadi stimulus maka proses revitalisasi dan restrukturisasi terhadap lembaga ini harus terus dilakukan melalui perluasan keanggotan tetap dewan keamanan, penghapusan hak veto maupun peningkatan intervensi humanitarian.

Bagi kita struktur PBB pada saat ini masihlah cerminan konstelasi pasca perang dunia kedua. Padahal dunia sudah sangat berubah, negara-negara besar baru terus bermunculan.

Indonesia sebagai salah satu anggota PBB telah sejak awal tahun 2000 telah memotori gerakan revitalisasi dan restrukturisasi badan tersebut bersama negara-negara lain yang memiliki kepentingan yang sama dalam memajukan bangsa-bangsa dan menjaga perdamaian dunia yang hakiki.

Kita berharap dengan adanya proses revitalisasi dan restrukturasi tersebut, persoalan-persoalan bangsa-bangsa dapat lebih mudah diselesaikan dalam setiap konteksnya, dan demikian jugalah kiranya dengan persoalan Israel dan Palestina pada saat ini.

Disamping itu dalam konteks regional, Peran ASEAN harus terus dapat kita kembangkan, sehingga cita-cita kita menjadikan ASEAN sebagai suatu kawasan yang terintegrasi, sebagai suatu community, memanglah benar-benar dirasakan manfaatnya dan kehadirannya bagi masyarakat yang berada di dalam kawasan tersebut pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dalam konteks pengembangan kawasan dan stabilitasnya, ketika kita menghadapi krisis ekonomi global seyogyanya kita dapat mendorong ASEAN plus untuk bersama-sama membangun solidaritas regional dalam rangka memperkuat strategi kawasan dalam mengantisipasi krisis ekonomi global ini secara bersama-sama.

Saudara-saudara Sekalian,

Bagian akhir dari pidato saya adalah mengenai pemilu dan konsolidasi demokrasi di Indonesia. 72 hari lagi kita akan memulai menjalani pemilu legislatif yaitu pada tanggal 9 April 2009, selanjutnya pada tanggal 8 Juli kita juga akan mengikuti pemilu presiden.

Demokrasi memberikan jaminan kepada seluruh warga negara untuk memberikan hak suaranyan dan hak pilihnya sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Salah satu ciri demokrasi yang sehat apabila penyelenggaraan pemilu tersebut diselenggarakan secara jujur dan adil. Jujur dan adil memberikan makna kepada kita semua mengenai hak dan tanggung jawab sebagai warga negara sesuai dengan peran dan statusnya masing-masing.

Dalam kesempatan ini yang berbahagia ini, Sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, saya mengimbau agar penyelenggaraan pemilu ini dilaksanakan sejujurnya dan seadil-adilnya yang dicirikan diantaranya melalui tingginya partisipasi pemilih dan sikap aparatur yang netral baik itu birokrasi pemerintahan, pegawai negeri, TNI maupun POLRI. Netralitas birokrasi pemerintahan, pegawai negeri, TNI, dan Polri merupakan ujian dan komitmen kita dalam membangun Demokrasi di Republik ini. Bila mereka hendak membangun negeri ini, cinta kepada bangsa dan rakyatnya, mudah-mudahan hal seperti itu yang akan kita temui pada Pemilu 2009 yang akan datang.

Disamping itu, saya berharap saudara-saudara sekalian segenap kader partai, untuk terus berjuang pantang menyerah agar kita bisa memenangkan pemilu kali ini.

Bagi kita sekali lagi saya ingatkan perjuangan pemenangan pemilu bagi kita adalah perjuangan Ideologi dalam rangka mengantarkan bangsa menemukan kejayaannya kembali.

Demokrasi bagi kita adalah sarana perjuangan, karena esensi dasar dari demokrasi adalah mengantarkan rakyat kepada kesejahteraannya, kepada kemakmuran yang berkeadilan sosial.

Demokrasi yang tidak berhasil mengantarkan rakyat kepada kesejahteraan dan kemakmuran, hanyalah demokrasi prosedural. Itulah tantangan kita semua saat ini sebagai kader partai.

Hampir lima tahun sejak pemilu pada tahun 2004 yang lalu, PDI Perjuangan telah membawa tradisi baru bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. PDI Perjuangan memposisikan diri sebagai kekuatan penyeimbang bagi pemerintah.

Walaupun mungkin belum sempurna tetapi PDI Perjuangan telah berani mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan rasa keadilan sosial bagi rakyat seperti halanya persolan kenaikan harga BBM, persoalan distribusi pupuk, ketersediaan pangan, dan lain sebagainya.

Apabila dalam perjalanan lima tahun ini, PDI Perjuangan dirasakan kurang perjuangannya, ataupun memiliki kekurangan atau ketidak sempurnaan atas kinerjanya, dengan segala kerendahan hati kami memohon maaf atas kekurangan tersebut dengan senantiasa dan berupaya secara terus-menerus untuk memperbaiki diri agar dapat lebih baik, lebih bekerja keras lagi memperjuangkan aspirasi rakyat.

Dukungan rakyat akan terus menjadi sumber inspirasi dan dukungan bagi kami dan bagi kita semua untuk terus membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi di masa depan.

Saudara-Saudara sekalian yang saya banggakan,

Sampailah saya di penghujung sambutan saya, dan saya berharap Rakernas kita yang keempat ini tidak hanya sekedar menjadi ajang kumpul-kumpul semata, tetapi hendaknya menjadi ajang konsolidasi, koordinasi yang merangsang kita untuk lebih BERSATU, BEKERJA dan BERJUANG untuk menyongsong dan membuktikan perubahan yang dinantikan oleh rakyat.

MARI BERSAMA KITA MEMENANGKAN HATI RAKYAT.

Semoga Allah Subhana Wataala, selalu melindungi dan memberikan rahmatNya dalam setiap jejak langkah perjuangan kita.

Sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Om Santi Santi Santi Om.

MERDEKA!!!


Megawati Soekarnoputri

KETUA UMUM PDI PERJUANGAN



(SURAKARTA, 27-28 JANUARI 2009)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ekonik3 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger