Banjir di Lamongan Merendam 9.469 Rumah

Rabu, 04 Maret 20090 comments


Lamongan - Banjir luapan Sungai Bengawan Solo di Lamongan telah merendam 10 kecamatan. Data Satlak PBA Lamongan menunjukkan, 10 kecamatan yakni Babat, Maduran, Laren, Karanggeneng, Pucuk, Kalitengah, Karangbingangun, Turi, Deket dan Glagah.

Sedangkan desa yang ikut terendam juga mengalami kenaikan. 86 desa tergenang air dengan jumlah rumah 9.469 rumah yang dihuni 33.500 jiwa.


Kabag Humas dan Infokom Pemkab Lamongan, Aris Wibawa mengatakan, penduduk yang mengungsi sampai saat ini sebanyak 2.685 KK dan 10.299 jiwa. "Paling banyak banjir merendam wilayah Kecamatan Kalitengah yakni 17 desa. Sedangkan jumlah rumah paling banyak terendam di Kecamatan Laren 4.284 rumah dan 17.136 jiwa," kata Aris, Selasa (3/3/2009).

Selain 86 desa, banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo juga merendam 17 kilometer jalan desa, 3 kilometer jalan lingkungan dan 3 kilometer jalan kabupaten serta 50 sarana pendidikan yakni 7 TK, 21 SD, 16 MI, 2 MTs, 3 SMA dan 1 MA.

"Juga 49 sarana keagamaan dengan rincian 13 masjid, 34 mushola dan 2 ponpes. Selain itu sebanyak 4.729 hektar tambak, 210,7 hektar lahan padi, 348 hektar lahan jagung juga ikut terendam," tambahnya.

Sedangkan beberapa sarana kesehatan yang ada di 10 Kecamatan di Lamongan juga ikut terendam, 3 puskesmas pembantu dan 2 polindes. Sementara warga mulai terserang berbagai macam penyakit.

Seperti infeksi saluran pernafasan, pegal tulang, gatal-gatal, gangguan pencernaan dan penyakit kulit. Tidak adanya air bersih serta kondisi sanitasi di pengungsian, menyebabkan para pengungsi mudah terserang penyakit.

Salah satu warga yang telah 3 hari, Ngasemi mengaku menderita sakit leher serta sakit di bagian tangan karena berusaha menyelamatkan harta bendanya dari banjir. Ngasemi menyayangkan lambannya pemerintah setempat dalam menyalurkan bantuan pengobatan kepada warga. "Saya ingin berobat, tapi gak punya biaya," ujarnya memelas.

Kondisi ini semakin menambah penderitaan warga yang harus meninggalkan rumah dan hidup di pengungsian. Apalagi, ketinggian banjir di perkampungan saat ini telah mencapai 2 meter dan menenggelamkan rumah serta harta benda mereka

Kondisi ini semakin diperparah jika malam hari. Sejak banjir terjadi, aliran listrik dipadamkan sehingga tenda pengungsian gelap gulita. Penghuni tenda pengungsian lainnya, kata Zainul, untuk bertahan hidup warga hanya mengandalkan utang. Selama banjir, mereka praktis menjadi pengangguran. Mereka tidak bisa bekerja dan hasil pertanian yang diharapkan pun sampai kini masih terendam banjir.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ekonik3 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger