1.000 Hari Pramoedya, Tembang Rindu Bumi Manusia
Jumat, 20 Februari 20091comments
Gonjang-ganjing alam luluh-lantakkan nyawa-nyawa/mata malaikat mengincar buas/udara mengelilingi panas/..../lalu pada siapa butuh pertolongan/haruskah kubersabar dan berikhtiar/bumi seolah tak menerima lagi//
Tembang rindu untuk bumi dan manusia itu melantun dengan alunan musik punk dan tradisional. Bagaimana tidak, iringan tembang berjudul "Nyanyian Akhir" itu menyuarakan perpaduan rancak drum, gitar listrik, bas, ketipung, kendang, dan saron.
Musik dan lagu itu memukau para penonton. Di tengah-tengah kekaguman itu, mereka bertanya-tanya dan saling berkomentar lantaran pakaian para personel band cukup nyeleneh .
Masak vokalis band mengenakan busana muslim dan berkopiah, sedang pemain musik memakai pakaian punk. "Salah kostum kali," komentar salah seorang penonton.
Itulah pertunjukkan band Lembaga Sosial dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi), Kecamatan Kayen, Pati, dalam Pentas Musik Kehidupan untuk Pramoedya di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (6/2) sore. Kegiatan dalam rangka memperingati 1.000 hari meninggalnya sastrawan Pramoedya Ananta Toer itu diramaikan pula sejumlah band lain, yaitu Marginal Band, Residivis Band, Oral Band, dan Dendang Kampung.
Vokalis Lesbumi Band Ajis Wisanggeni mengatakan, lagu-lagu Lesbumi selalu menyuarakan kritik sosial keagamaan, lingkungan, dan seni budaya. Belakangan ini, Lesbumi kerap menyuarakan kritik atas pendirian pabrik PT Semen Gresik di Pati melalui lagu.
"Kami tidak ingin bumi Pati dan bumi lain rusak gara-gara korporasi. Kami tidak ingin manusia yang hidup di bumi itu merugi dan menjadi korban kepentingan modal," kata dia.
Di sela-sela pertunjukkan acara itu, sejumlah kelompok band dan punk membagikan sekitar 200 bibit jati kepada penonton. Pembagian itu merupakan simbol kedekatan antara bumi, manusia, dan perantaraan tanaman.
"Kepedulian manusia atas hidup dan kehidupan itu merupakan kesadaran humanis sekaligus kewajiban manusia," kata seniman muda Randublatung Djuadi.
Secara terpisah, Koordinator I Komunitas Pasang Surut Blora Eko Arifianto mengatakan, Pram menganggap bumi sebagai tanah kelahiran yang mengandung aneka sumber daya alam dengan berbagai persoalan. Adapun manusia merupakan tokoh utama yang hidup di bumi sekaligus mempunyai tanggung jawab atasnya.
Tema itu akan menjadi fokus utama dalam pergelaran peringatan 1.000 hari Pramoedya. "Kegiatan itu mau mengajak setiap orang agar bisa berbuat untuk bumi dan sesama manusia yang saat ini sedang sakit," kata dia.
Alb. Hendriyo Widi Ismanto
+ comments + 1 comments
Aku paling suka buku Pram yang tetralogi Buru. Ada yang punyakah ebooknya?
Posting Komentar